Sistem Saraf Otonom Perifer (Bag 2)

Oleh Adtya Anandito
Hubungan neural hipotalamus dengan sistem saraf otonom perifer. Hipotalamus menjalankan fungsi regulasi dan kontrolnya pada seluruh sistem saraf simpatis dan parasimpatis melalui jaras desendenss yang antara lain meliputi medial forebrain bundle, traktus mamilotegmentalis, dan fasikulus longitudinalis dorsalis (Schutz). Ketiga jaras serabut ini menghubungkan hipotalamus dengan sistem retikularis mesensefali desendens, yang kemudian membawa impuls sentral ke berbagai komponen sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Sistem Saraf Simpatis.
Sistem saraf simpatis mempersarafi otot-otot polos pembuluh darah, viseral abdominal, kandung kemih, rektum, folikel rambut dan pupil, serta otot jantung, kelenjar keringat, kelenjar lakrimal, kelenjar salivatorik dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Otot-otot polos viseral abdominal, kandung kemih, rektum, dan kelenjar pencernaan di inhibisi, sedangkan target organ lainnya di stimulasi untuk berkontraksi. Kaliber arteri di dalam tubuh terutama diatur oleh sistem saraf simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis menyebabkan vasokonstriksi. Anatomi. Asal serabut preganglionik dari segmen torakal T1 hingga T12 dan dari segmen lumbal pertama dan kedua. Beberapa serabut preganglionik berakhir di neuron kedua pada rantai simpatis kanan dan kiri. Sisanya melewati rantai simpatis tanpa membentuk sinaps dan berakhir di neuron kedua di ganglion prevertebralis. Pada kasus lainnya, serabut postganglionik neuron orde kedua menghantarkan impuls simpatis menuju organ target.
Rantai simpatis.
Serabut preganglionik berasal dari neuron di komu laterale medula spinalis (kolum sel intermediolateral) dan kemudian bergabung dengan akson neuron motorik somatik untuk keluar dari medula spinalis di radiks anterior. Setinggi ganglion spinalis, serabut otonom kembali terpisah dari serabut somatik dan masuk ke rantai simpatis melalui ramus komunikans albus, yang berwama putih karena serabutnya bermielin. Beberapa serabut preganglionik telah berakhir pada jaras neuron kedua pada level segmental yang sama, tetapi yang lain berjalan satu atau dua level ke atas atau ke bawah rantai simpatis sebelum membuat sinaps dengan neuron keduanya. Ada serabut lain yang melewati rantai simpatis tanpa membentuk kontak sinaptik dan kemudian berakhir pada neuron kedua di ganglion prevertebralis. Pada semua kasus, serabut postganglionik yang tidak bermielin meninggalkan rantai simpatis di ramus komunikans griseus, yang bergabung kembali dengan nervus spinalis pada level segmental yang sama, sehingga serabut-serabutnya berjalan ke dermatom kutan yang bersesuaian. Di kulit, serabut otonom mempersarafi pembuluh darah kutan, muskulus erektor pili, dan kelenjar keringat.
Persarafan simpatis kepala dan leher.
Beberapa serabut postganglionik mencapai targetnya di perifer melalui saraf spinal segmental, tetapi serabut lainnya dengan berjalan di sepanjang pembuluh darah dan percabangannya, terutama di kepala dan leher. Medula spinalis servikalis tidak memiliki nukleus simpatis sehingga, persarafan simpatis kepala dan leher berasal dari kolum sel intermediloteral segmen torakal keempat atau kelima teratas. Serabut postganglionik dari segmen-segmen ini berjalan naik di dalam rantai simpatis, dan berakhir di tiga ganglion di bagian ujung rostralnya: ganglion servikale superius, ganglion servikale medium, dan ganglion servikotorasikum (stelatum). Ganglion-ganglion tersebut merupakan lokasi relai sinaptik dengan neuron kedua, yang mengeluarkan serabut postganglionik. Beberapa serabut tersebut berjalan bersama dengan saraf spinal ke dermatom kutan servikal. Serabut lainnya, serabut tidak bermielin dari ganglion servikale superius dari pleksus karotikus eksternus, yang menemani arteri karotis eksterna serta percabangannya ke kepala dan wajah, mempersarafi kelenjar keringat, otot polos folikel rambut, dan pembuluh darah. Ada juga serabut lain yang berjalan bersama dengan arteria karotis internus sebagai pleksus karotikus interna, yang mempersarafi mata (muskulus dilatator pupilae, otot-otot orbitalis, dan muskulus tarsalis) serta kelenjar lakrimal dan kelenjar saliva.
Persarafan simpatis jantung dan paru.
Serabut postganglionik dari ganglion servikalis dan empat atau lima ganglia torasika teratas berjalan di dalam nervus kardiakus ke pleksus kardiakus, yang mempersarafi jantung. Nerves pulmonalis mempersarafi bronki dan paru. Persarafan simpatis organ abdomen dan pelvis. Serabut preganglionik muncul di segmen torakal T5 hingga T12 dan berjalan, melalui nervus splankhnikus mayor dan minor, ke ganglion prevertebral yang tidak berpasangan (ganglion seliakum, ganglion mesenterikum superius, dan ganglion mesenterikum inferius), yang terletak di sepanjang aorta setinggi tempat berasalnya cabang aorta dengan nama yang sesuai. Di dalam ganglia tersebut, serabut splankhnik membuat sinaps dengan neuron simpatis orde kedua, yang kemudian membentuk serabut postganglionik untuk viseral abdomen dan pelvis. Kebalikan dengan serabut parasimpatis, serabut postganglionik simpatis sangat panjang dan membentuk berbagai pleksus sebelum mencapai organ targetnya.
Medula adrenal.
Medula adrenal menempati posisi khusus pada sistem saraf simpatis. Struktur ini analog dengan ganglion simpatis, yaitu dipersarafi langsung oleh serabut preganglionik. Serabut-serabut ini membentuk sinaps dengan neuron kedua yang dimodifikasi di dalam medula adrenal, yang bukannya memiliki akson, tetapi justru mengsekresikan epinefrin dan norepinefrin ke dalam aliran darah. Aktivasi simpatis menginduksi medula adrenal untuk mengsekresikan epinefrin dan norepinefrin, yang kemudian memberikan efek simpatis di perifer. Struktur ini terutama penting pada kondisi stres.

Post a Comment for "Sistem Saraf Otonom Perifer (Bag 2)"