Seputar Pengertian Asesmen Otentik Asesmen otentik termasuk nontes, yaitu asesmen yang dilakukan dalam suasana non-threatening, seperti yang terjadi pada tes. Bila pada tes terjadi one-time response untuk melihat hasil belajar, maka pada non-tes, asesmen dapat memantau proses dan hasil belajar. Oleh karenanya, non-tes dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran. Orientasi pendidikan kontemporer yang menekankan pembentukan kompetensi memberi peluang sangat luas bagi asesmen non-tes yang bersifat otentik seperti asesmen portofolio dan asesmen kinerja.
Asesmen otentik adalah asesmen yang secara langsung bermakna, apa yang diases memang demikian yang sesungguhnya terjadi, dan dapat terjadi, dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, asesmen otentik mengases kemampuan riil siswa dalam kaitannya dengan kehidupan seharihari. Penggunaan asesmen otentik sangat erat hubungannya dengan kompetensi. Dalam KTSP dikenal istilah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang tertunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jelas dari pengertian tersebut bahwa kompetensi tidak bisa diasumsikan telah terbentuk pada diri siswa, melainkan harus benar-benar tertunjukkan dalam suatu unjuk kerja/kinerja. Oleh sebab itulah, jenis-jenis tes objektif seperti pilihan ganda, benar-salah bukanlah alat yang baik untuk mengukur tingkat kompetensi siswa. Sebaliknya, jenis-jenis asesmen otentik seperti asesmen kinerja dan portofolio lebih relevan untuk mengukur kompetensi. Sebagai contoh perbandingan, untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kompetensi menulis sebuah paragraf deskriptif, misalnya, cara yang tepat digunakan adalah dengan meminta siswa menulis sebuah paragraf deskriptif, kemudian hasil karya siswa tersebut diases dengan cara membandingkan kualitas paragraf itu dengan sebuah paragraf standar (benchmark) atau diases dengan sebuah rubrk penilaian (sebuah rubrik penilaian berisi komponenkomponen paragraf deskriptif beserta deskriptornya). Mengetahui kompetensi siswa dalam menulis paragraf tidak dapat digunakan tes objektif.
Asesmen otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru sebab pelaku belajar adalah siswa. Sangatlah tidak tepat bila guru melakukan hal yang semestinya dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh, untuk mengenal habitat sungai (pelajaran IPA), siswa mesti melihat sendiri habitat tersebut, bukan guru yang menceritakan habitat sungai pada siswa. Jika terjadi guru yang menggambarkan sesuatu pada siswa, sementara siswa pasif dan hanya mendengarkan saja penjelasan guru, maka pembelajaran tersebut tidak riil atau tidek otentik. Bagaimana mengases hasil belajar otentik? Asesmen otentik sangat baik bila dilakukan bersamaan dengan saat berlangsungnya pembelajaran. Misalnya, pada pembelajaran eksperimen membedah katak (topik pembelajaran mengenal organ tubuh amphibia), maka asesmen langsung dilakukan pada saat eksperimen berlangsung; bukan seminggu setelah eksperimen, lalu dilakukan tes objektif tentang eksperimen tersebut.
Asesmen otentik memiliki sifat-sifat:
Asesmen otentik adalah asesmen yang secara langsung bermakna, apa yang diases memang demikian yang sesungguhnya terjadi, dan dapat terjadi, dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, asesmen otentik mengases kemampuan riil siswa dalam kaitannya dengan kehidupan seharihari. Penggunaan asesmen otentik sangat erat hubungannya dengan kompetensi. Dalam KTSP dikenal istilah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap yang tertunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jelas dari pengertian tersebut bahwa kompetensi tidak bisa diasumsikan telah terbentuk pada diri siswa, melainkan harus benar-benar tertunjukkan dalam suatu unjuk kerja/kinerja. Oleh sebab itulah, jenis-jenis tes objektif seperti pilihan ganda, benar-salah bukanlah alat yang baik untuk mengukur tingkat kompetensi siswa. Sebaliknya, jenis-jenis asesmen otentik seperti asesmen kinerja dan portofolio lebih relevan untuk mengukur kompetensi. Sebagai contoh perbandingan, untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki kompetensi menulis sebuah paragraf deskriptif, misalnya, cara yang tepat digunakan adalah dengan meminta siswa menulis sebuah paragraf deskriptif, kemudian hasil karya siswa tersebut diases dengan cara membandingkan kualitas paragraf itu dengan sebuah paragraf standar (benchmark) atau diases dengan sebuah rubrk penilaian (sebuah rubrik penilaian berisi komponenkomponen paragraf deskriptif beserta deskriptornya). Mengetahui kompetensi siswa dalam menulis paragraf tidak dapat digunakan tes objektif.
Asesmen otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada siswa, bukan pada guru sebab pelaku belajar adalah siswa. Sangatlah tidak tepat bila guru melakukan hal yang semestinya dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh, untuk mengenal habitat sungai (pelajaran IPA), siswa mesti melihat sendiri habitat tersebut, bukan guru yang menceritakan habitat sungai pada siswa. Jika terjadi guru yang menggambarkan sesuatu pada siswa, sementara siswa pasif dan hanya mendengarkan saja penjelasan guru, maka pembelajaran tersebut tidak riil atau tidek otentik. Bagaimana mengases hasil belajar otentik? Asesmen otentik sangat baik bila dilakukan bersamaan dengan saat berlangsungnya pembelajaran. Misalnya, pada pembelajaran eksperimen membedah katak (topik pembelajaran mengenal organ tubuh amphibia), maka asesmen langsung dilakukan pada saat eksperimen berlangsung; bukan seminggu setelah eksperimen, lalu dilakukan tes objektif tentang eksperimen tersebut.
Asesmen otentik memiliki sifat-sifat:
- Berbasis kompetensi yaitu asesmen yang mampu memantau kompetensi seseorang;
- Individual. Kompetensi tidak dapat disamaratakan pada semua orang, tetapi bersifat personal. Asesmen otentik dapat secara langsung mengukur kemampuan individu;
- Berpusat pada siswa, karena direncanakan, dilakukan, dan dinilai oleh siswa sendiri; mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga kekurangannya (untuk bisa dilakukan perbaikan);
- Tak terstruktur dan open-ended, dalam arti, percepatan penyelesaian tugastugas otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok/kelas;
- Terintegrasi dengan proses pembelajaran, dengan demikian siswa tidak selalu dalam situasi tes (yang seringkali membuat tegang); dan
- On-going atau berkelanjutan, oleh karena itu asesmen harus dilakukan secara langsung pada saat proses belajar dan untuk produk belajar yang dihasilkannya.
Jenis-jenis asesmen otentik meliputi asesmen kinerja, evaluasi diri, esai, projek, dan portofolio. Kegiatan-kegiatan asesmen otentik antara lain presentasi, observasi, diskusi, wawancara, dan lain-lain kegiatan unjuk kerja yang sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari. Kegiatan asesmen yang tidak otentik adalah tes objektif seperti pilihan ganda, menghapal materi, dan kegiatan-kegiatan lain yang hanya menuntut siswa secara mekanis dan tidak langsung terkait dengan kehidupan.
.
Post a Comment for "Seputar Pengertian Asesmen Otentik "